Salah satu isu utama dalam pembangunan
pulau-pulau keci saat ini adalah keterbatasan infrastruktur dasar masyarakat.
Infrastruktur dimaksud termasuk didalamnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi masyarakat seperti listrik, air bersih, BBM dan sarana perikanan. Walaupun pemerintah telah melakukan intervensi secara terbatas, namun kebutuhan serta permasalahan di Pulau-Pulau Kecil sangat kompleks dan butuh pendekatan lintas sektor untuk menanganinya. Masalah dalam pengelolaan sarana dan prasarana di Pulau-Pulau Kecil adalah terkait dengan kapasitas kelembagaan masyarakat pengelola serta dukungan pemerintah daerah dalam pengelolaan sarana dan prasarana tersebut. Oleh karena itu, Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan Bekerjasama dengan DFW-Indonesia menyelenggarakan Workshop Nasional Efektifitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pulau-Pulau Kecil Berbasis Masyarakat yang dilaksanakan di Hotel Royal Bogor pada tanggal 27 Februari 2014. Workshop tersebut menghadirkan pembicara dari Kementerian ESDM, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Bupati Maluku Barat Daya, Program ICED USAID dan Bappeda Kabupaten Pangkep. Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil, Ir Rido dalam sambutannya mewakili Dirjen KP3K mengatakan bahwa salah satu terobosan KKP dalam pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil pada tahun ini adalah dengan melakukan kerjasama dengan Kementerian ESDM dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sistim Komunal yang berlokasi di 31 PPKT Terluar Berpenduduk. Kementerian ESDM akan membangun infrastruktur PLTS, sementara KKP akan memfasiitasi dukungan daerah, kesiapan masyarakat dan rencana pengelolaan dan pendampingan kelompok masyarakat dalam mengelola PLTS tersebut.
Infrastruktur dimaksud termasuk didalamnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi masyarakat seperti listrik, air bersih, BBM dan sarana perikanan. Walaupun pemerintah telah melakukan intervensi secara terbatas, namun kebutuhan serta permasalahan di Pulau-Pulau Kecil sangat kompleks dan butuh pendekatan lintas sektor untuk menanganinya. Masalah dalam pengelolaan sarana dan prasarana di Pulau-Pulau Kecil adalah terkait dengan kapasitas kelembagaan masyarakat pengelola serta dukungan pemerintah daerah dalam pengelolaan sarana dan prasarana tersebut. Oleh karena itu, Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan Bekerjasama dengan DFW-Indonesia menyelenggarakan Workshop Nasional Efektifitas Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pulau-Pulau Kecil Berbasis Masyarakat yang dilaksanakan di Hotel Royal Bogor pada tanggal 27 Februari 2014. Workshop tersebut menghadirkan pembicara dari Kementerian ESDM, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Bupati Maluku Barat Daya, Program ICED USAID dan Bappeda Kabupaten Pangkep. Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil, Ir Rido dalam sambutannya mewakili Dirjen KP3K mengatakan bahwa salah satu terobosan KKP dalam pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil pada tahun ini adalah dengan melakukan kerjasama dengan Kementerian ESDM dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sistim Komunal yang berlokasi di 31 PPKT Terluar Berpenduduk. Kementerian ESDM akan membangun infrastruktur PLTS, sementara KKP akan memfasiitasi dukungan daerah, kesiapan masyarakat dan rencana pengelolaan dan pendampingan kelompok masyarakat dalam mengelola PLTS tersebut.
Sementara itu, Bupati Barat Daya, Drs
Barnabas Orno pada kesempatan tersebut mengeluhkan kebijakan PT PELNI yang pada
tahun ini menghentikan pelayanan angkutan kapal laut milik PELNI dari dan ke
Kab MBD. Penghentian ini berdampak pada terhambatnya lalu lintas arus barang,
jasa dan orang keluar masuk wilayah ini. Padahal, Kabupaten Maluku Barat Daya
memiliki letak yang sangat strategis sebagai wilayah perbatasan Indonesia
karena wilayah lautnya berbatasan langsng dengan negara Timor Leste dan
Australia. Secara kultural, masyarakat Maluku Barat Daya memiliki
hubungan dan keterikatan keluarga dengan warga Timor Leste sehingga interaksi
ekonomi kerap terjadi di wilayah ini. Selanjutnya, Pemda Pangkep yang diwakili
oleh Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Pangkep, Dr Abdul Gaffar mengatakan
pentingnya formulasi dan inovasi program pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil dengan
memadukan berbagai inisiatif dan program yang sudah berjalan selama ini baik
oleh pusat, daerah, donor dan lsm lokal. Guna meningkatkan rasa memiliki dan
kemampuan mengelola sumberdaya secara optimal, sebaiknya kelembagaan lokal
diperkuat yang ditunjang dengan sistem sosial dan budaya local. Salah satu
pendekatan program di Pangkep adalah Program Desa Mandiri yaitu suatu wilayah
administratif dimana mampu terpenuhi kebutuhan dasarnya dan mampu mengelola
sumberdaya alamnya bagi peningkatan kesejahteraanya sehingga menjadi lebih
maju. Moh Abdi Suhufan sebagai Koordinator Nasional DFW-Indonesia dalam
kesempatan yang sama mengatakan bahwa upaya mendorong pembangunan infrastruktur
pulau-pulau kecil merupakan hal yang perlu didukung oleh semua pihak. Walaupun
tanggung jawab lebih besar memang merupakan tugas negara tetapi partisipasi
semua pihak baik private sector, BUMN maupun NGO sangat penting untuk diwujudkan.
Workshop Nasional ini bertujuan untuk
mensosialisasikan dan menggalang dukungan berbagai pihak terhadap upaya
pengelolaan Sarana dan Prasarana Pulau-Pulau Kecil yang yang telah di lakukan
oleh Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Workshop ini dihadiri
oleh 60 orang peserta antara lain dari Kementerian PU, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Pariwisata, BNPP, USAID, Dewan Nasional Perubahan Iklim,
ASDP, PT PELNI, IPB, Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA)-Unhas, Pemda Merauke, Pemda
Manggarai Barat, Pemda Kota Makasar, Pemda Pangkep dan para fasilitator
masyarakat yang akan melakukan pendampingan kelompok pada Pulau-Pulau Kecil
Terluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar